Sistem
pendukung keputusan (Inggris: decision support systems disingkat DSS) adalah
bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan)) yang dipakai untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi
informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang
spesifik.
Menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan
mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi
keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang
tidak biasa.
Tahapan SPK:
• Definisi masalah
• Pengumpulan data atau elemen informasi yang relevan
• pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik maupun
tulisan
• menentukan alternatif-alternatif solusi (bisa dalam persentase)
Tujuan dari SPK:
• Membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur
• Mendukung manajer dalam mengambil keputusan
• Meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan
Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain seperti
Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dll.
10 Definisi Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan
istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang
berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang
tidak terstruktur.Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan
dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan. Untuk memberikan
pengertian yang lebih mendalam, akan diuraikan 10 difinisi mengenai Sistem
Pendukung Keputusan / Decision Support Sistem yang dikembangkan oleh beberapa
ahli.
10 pendapat tentang pengertian sistem pendukung keputusan:
1. Little (1970)
Sistem pendukung keputusan adalah sebuah himpunan/kumpulan prosedur berbasis
model untuk memproses data dan pertimbangan untuk membantu manajemen dalam
pembuatan keputusannya.
2. Alter (1990) membuat definisi sistem pendukung keputusan dengan
memabandingkannya dengan sebuah sistem pemrosesan data elektronik (PDE) /
Electronic Data Processing tradisional dalam 5 hal :
SPK
Penggunaan :Aktif
Pengguna :Manajemen
Tujuan :Efektifitas
Time horizon :Sekarang dan masa depan
Kelebihan : Fleksibilitas
PDE
Penggunaan : Pasif
Pengguna : Operator/Pegawai
Tujuan : Efisiensi Mekanis
Time horizon :Masa Lalu
Kelebihan :Konsistensi
3. Keen (1980)
Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang dibangun lewat
sebuah proses adaptif dari pembelajaran, pola-pola penggunan dan evolusi
sistem.
4. Bonczek (1980)
Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang terdiri
atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen
sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem
processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
5. Hick (1993)
Sistem pendukung keputusan sebagai sekumpulan tools komputer yang terintegrasi
yang mengijinkan seorang decision maker untuk berinteraksi langsung dengan
komputer untuk menciptakan informasi yang berguna dalam membuat keputusan semi
terstruktur dan keputusan tak terstruktur yang tidak terantisipasi.
6. Man dan Watson
Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem yang interaktif, yang
membantu pengambil keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan
untuk memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur maupun yang tidak
terstruktur.
7. Moore and Chang
Sistem pendukung keputusan dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan
mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi
keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang
tidak biasa.
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan
istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang
berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan
data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak
terstruktur [10].
Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam
proses pengambilan keputusan. Untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam,
akan diuraikan beberapa difinisi mengenai SPK yang dikembangkan oleh beberapa
ahli, diantaranya oleh Man dan Watson yang memberikan definisi sebagai berikut,
SPK merupakan suatu sistem yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan
melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah yang
sifatnya semi terstruktur maupun yang tidak terstruktur. [10]
Karakteristik dan Nilai Guna
Karakteristik sistem pendukung keputusan adalah [10]:
1. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan
dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak
terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi
komputerisasi.
2. Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan
penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta
fungsi-fungsi pencari / interogasi informasi.
3. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan/dioperasikan dengan mudah.
4. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek
fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi.
Dengan berbagai karakter khusus diatas, SPK dapat memberikan berbagai manfaat
dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari SPK adalah [10]:
1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data /
informasi bagi pemakainya.
2. SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai
masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat
diandalkan.
4. Walaupun suatu SPK, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi
pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan
berbagai alternatif pemecahan.
Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan diatas, SPK juga
memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah [10] :
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan
sebenarnya.
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang
dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3. Proses-proses yang dapat dilakukan SPK biasanya juga tergantung pada
perangkat lunak yang digunakan.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia. Sistem
ini dirancang hanyalah untuk membantu pengambil keputusan dalam melaksanakan
tugasnya.
Jadi secara dapat dikatakan bahwa SPK dapat memberikan manfaat bagi pengambil
keputusan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja terutama dalam
proses pengambilan keputusan.
Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga komponen utama yaitu [10]:
1. Subsistem pengelolaan data (database).
2. Subsistem pengelolaan model (modelbase).
3. Subsistem pengelolaan dialog (userinterface).
Sub sistem pengelolaan data (database)
Sub sistem pengelolaan data (database) merupakan komponen SPK yang berguna
sebagai penyedia data bagi sistem. Data tersebut disimpan dan diorganisasikan
dalam sebuah basis data yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut
dengan sistem manajemen basis data (Database Management System).
Sub sistem pengelolaan model (model base)
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan
model-model keputusan. Model adalah suatu tiruan dari alam nyata. Kendala yang
sering dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang dirancang
tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang
diambil tidak sesuai dengan kebutuhan oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai
model harus diperhatikan dan harus dijaga fleksibilitasnya. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan
rincian keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat.
Subsistem pengelolaan dialog (user interface)
Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan
sistem yang terpasang dengan pengguna secara interaktif, yang dikenal dengan
subsistem dialog. Melalui subsistem dialog, sistem diimplementasikan sehingga
pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dibuat.
Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem dialog dibagi menjadi tiga komponen
[10]:
1. Bahasa aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat
digunakan oleh user untuk berkomunikasi dengan sistem, yang dilakukan melalui
berbagai pilihan media seperti keyboard, joystick dan keyfunction yang lainnya.
2. Bahasa tampilan (display and presentation language), yaitu suatu perangkat
yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang
digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik
monitor, plotter, dan lain-lain.
3. Basis pengetahuan (knowladge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh
pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara interaktif.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternative tindakan untuk
mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
pendekatan sistematis terhadap permasalahan melalui proses pengumpulan data
menjadi informasi serta ditambah dengan faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan.
Tahap – tahap Pengambilan Keputusan
Menurut Herbert A. Simon ( Kadarsah, 2002:15-16 ), tahap – tahap yang harus
dilalui dalam proses pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace )
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses
dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Tahap Perancangan ( Design Phace )
Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan /
solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang
disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk
mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.
3. Tahap Pemilihan ( Choice Phace )
Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantaraberbagai alternatif solusi yang
dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan / dengan memperhatikan
kriteria – kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
4. Tahap Impelementasi ( Implementation Phace )
Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada
tahap perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih
pada tahap pemilihan.
Jenis Keputusan
Keputusan – keputusan yang dibuat pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 jenis,
antara lain ( Herbert A. Simon ) :
1. Keputusan Terprogram
Keputusan ini bersifat berulang dan rutin, sedemikian hingga suatu prosedur
pasti telah dibuat menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu
diperlakukan de novo (sebagai sesuatu yang baru) tiap kali terjadi.
2. Keputusan Tak Terprogram
Keputusan ini bersifat baru, tidak terstruktur dan jarang konsekuen. Tidak ada
metode yang pasti untuk menangani masalah ini karena belum ada sebelumnya atau
karena sifat dan struktur persisnya tak terlihat atau rumit atau karena begitu
pentingnya sehingga memerlukan perlakuan yang sangat khusus.
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang mendukung
keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif – alternatif
yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan model.
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Keen dan Scoot Morton :
“ Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber – sumber kecerdasan
individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem
Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk
manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah – masalah semi struktur
“
Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan
bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang
membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari
data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan
tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan
keputusan.
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Dari pengertian Sistem Pendukung Keputusan maka dapat ditentukan karakteristik
antara lain :
1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitik beratkan pada management by
perception
2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap memegang
control proses pengambilan keputusan
3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi
terstruktur dan tak struktur
4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan
5. Memiliki subsistem – subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi sebagai kesatuan item
6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan
informasi seluruh tingkatan manajemen
Komponen Penyusun Sistem Pendukung Keputusan
Suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem utama yang
menentukan kapabilitas teknis sistem pendukung keputusan, antara lain :
1. Subsistem Manajemen Basis data
2. Subsistem Manajemen Basis Model
3. Subsistem Dialog
Subsistem Manajemen Basis Data
Subsistem data merupakan bagian yang menyelediakan data – data yang dibutuhkan
oleh Base management Subsystem (DBMS). DBMS sendiri merupakan susbsistem data
yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data – data yang merupakan dalam
suatu Sistem Pendukung Keputusan dapat berasal dari luar lingkungan. Keputusan
pada manajemen level atas seringkali harus memanfaatkan data dan informasi yang
bersumber dari luar perusahaan.
Kemampuan subsistem data yang diperlukan dalam suatu Sistem Pendukung
Keputusan, antara lain :
a. Mampu mengkombinasikan sumber – sumber data yang relevan melalui proses
ekstraksi data
b. Mampu menambah dan menghapus secara cepat dan mudah
c. Mampu menangani data personal dan non ofisial, sehingga user dapat
bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan
d. Mampu mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas
Subsistem Manajemen Model
Subsistem model dalam Sistem Pendukung Keputusan memungkinkan pengambil
keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan
alternative solusi. Intergrasi model – model dalam Sistem Informasi Manajemen
yang berdasarkan integrasi data – data dari lapangan menjadi suatu Sistem
Pendukung Keputusan.
Kemampuan subsistem model dalam Sistem Pendukung Keputusan antara lain :
1. Mampu menciptakan model – model baru dengan cepat dan mudah
2. Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk mendukung semua tingkat
pemakai
3. Mampu menghubungkan model – model dengan basis data melalui hubungan yang
sesuai
4. Mampu mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dengan
database manajemen
Subsistem Dialog
Subsistem dialog merupakan bagian dari Sistem Pendukung Keputusan yang dibangun
untuk memenuhi kebutuhan representasi dan mekanisme control selama proses
analisa dalam Sistem Pendukung Keputusan ditentukan dari kemampuan berinteraksi
anatara sistem yang terpasang dengan user. Pemakai terminal dan sistem
perangkat lunak merupakan komponen – komponen yang terlibat dalam susbsistem
dialog yang mewujudkan komunikasi anatara user dengan sistem tersebut. Komponen
dialog menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukkan dari
pemakai ke dalam Sistem Pendukung Keputusan. Adapun subsistem dialog dibagi
menjadi tiga, antara lain :
1. Bahasa Aksi (The Action Language)
Merupakan tindakan – tindakan yang dilakukan user dalam usaha untuk
membangun komunikasi dengan sistem. Tindakan yang dilakukan oleh user untuk
menjalankan dan mengontrol sistem tersebut tergantung rancangan sistem yang
ada.
2. Bahasa Tampilan (The Display or Presentation Langauage)
Merupakan keluaran yang dihasilakn oleh suatu Sistem Pendukung Keputusan dalam
bentuk tampilan – tampilan akan memudahkan user untuk mengetahui keluaran
sistem terhadap masukan – masukan yang telah dilakukan.
3. Bahasa Pengetahuan (Knowledge Base Language)
Meliputi pengetahuan yang harus dimiliki user tentang keputusan dan tentang
prosedur pemakaian Sistem Pendukung Keputusan agar sistem dapat digunakan
secara efektif. Pemahaman user terhadap permasalahan yang dihadapi dilakukan
diluar sistem, sebelum user menggunakan sistem untuk mengambil keputusan.
Tingkat Teknologi Dalam Sistem pendukung Keputusan
Dalam Sistem Pendukung Keputusan terdapat tiga keputusan tingkatan perangkat
keras maupun lunak. Masing – masing tingkatan berdasarkan tingkatan kemampuan
berdasarkan perbedaan tingkat teknik, lingkungan dan tugas yang akan
dikerjakan. Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a. Sistem Pendukung Keputusan (Specific DSS)
b. Pembangkit Sistem Pendukung Keputusan (DSS Generatorr)
c. Peralatan Sistem Pendukung Keputusan (DSS Tools)
MAKALAH SPK (SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN)
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan teknologi
informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi
perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut
berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah
metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Dalam teknologi
informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya
diantara system informasi dan sistem cerdas.
Sistem pengambilan
keputusan juga membutuhkan teknologi informasi, hal ini dikarenakan adanya era globalisasi,
yang menuntut sebuah perusahaan untuk bergerak cepat dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan oleh metode
AHP (Analytical Hierarcy Process) dalam membantu membuat keputusan, seorang
decision maker dapat mengambil keputusan tentang pemilihan supplier secara
objektif berdasarkan multi kriteria yang ditetapkan.
Metode AHP adalah
metode pengambilan keputusan yang multi kriteria, sedangkan pengambilan
keputusan dibidang pembelian juga mengandalkan kriteria-kriteria yaitu kualitas
barang, kecepatan pengiriman barang, harga barang dan status supplier. Dengan
melihat adanya kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk mengambil keputusan,
maka akan sangat cocok untuk menggunakan metode AHP dengan multi kriteria.
2. RUMUSAN MASALAH
Bertolak dari latar
belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apa Tujuan aplikasi DSS sehingga diperlukan dalam pengambilan
keputusan ?
- Bagaimana DSS melakukan fungsinya dalam menentukan sebuah keputusan
yang memiliki banyak kriteria ?
- Metode apa yang digunakan aplikasi bebasis DSS dalam penentuan
keputusan multikriteria ?
- Bagaimana cara kerja AHP dalam menentukan keputusan ?
3. BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini,
begitu luasnya materi tentang DSS dan metodenya, perlunya batasan masalah yang
mana dalam hal ini hanya akan membahas tentang DSS dan metodenya yaitu AHP
(Analytical Hierarchy Process).
4. TUJUAN
Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem DSS dan metode
AHP berperan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu menngetahui bagaimana
hubungan, keuntungan, dan kerugian dari metode AHP dalam DSS.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN / DESIGN SUPPORT
SYSTEM (DSS)
Keputusan merupakan tindakan
atau rangkaian tindakan yang harus diikuti untuk memecahkan suatu masalah.
Jenis – jenis keputusan menurut Simon :
- Keputusan merupakan bagian dari suatu rangkaian proses pengambilan
keputusan.
- Keputusan yang terstruktur atau terprogram berasal dari permasalahan
dan kejadian-kejadian yang terstruktur.
- Keputusan yang tidak terstruktur atau terprogram berasal dari
permasalahan atau kejadian yang tidak terstruktur.
Istilah SPK/DSS
pertama kali dikemukakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scoot Morton pada
tahun 1971, keduanya merupakan profesor MIT, USA . Saat itu mereka merasakan
perlunya suatu pemikiran untuk mengarahkan penggunaan aplikasi komputer untuk
membantu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen berdasarkan kepada
konsep Simon mengenai keputusan yang terstruktur dan tidak terstruktur juga
berdasarkan kepada konsep Robert N. Anthony tentang tingkat-tingkatan
manajemen.
DSS : suatu sistem
berbasis komputer inter-aktif yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan
data dan model untuk me-nyelesaikan masalah unstructured. (Scott Morton, 1971)
DSS menggabungkan
sumber daya intelek-tual manusia dng kemampuan komputer, un-tuk meningkatkan
kualitas keputusan. Ia me-rupakan sistem pendukung berbasis kompu-ter bagi
pengambil keputusan manajemen untuk menyelesaikan masalah semi-structured (Keen
and Scott Morton, 1978).
Manfaat yang didapat :
- Keputusan yang
berkualitas
- Peningkatan
komunikasi
- Cost reduction
- Peningkatan
produktivitas
- Penghematan waktu
- Peningkatan
kepuasan karyawan dan pelanggan
ALASAN MENGAPA DSS DIBUTUHKAN
- Ekonomi tidak
stabil
- Kesulitan untuk
mendeteksi sasaran bisnis yang beragam
- Meningkatnya
kompetisi
- Electronic
commerce
- Sistem yang ada
tidak mendukung pengambilan keputusan
- Departemen IS
terlalu sibutk
- Kebutuhan akan
analisis khusus
- Kebutuhan
informasi yang akurat
- Kebutuhan
informasi yang baru dan tepat waktu
- Penghematan biaya
- End-user computing
2. KONSEP DSS
Konsep H.A Simon :
- Keputusan terprogram : Dibuat menurut kebiasaan, aturan, prosedur;
tertulis maupun tidak . Bersifat rutin, berulang-ulang.
- Keputusan tidak terprogram : Mengenai masalah khusus, khas, tidak
biasa. Kebijakan yang ada belum menjawab. Misalnya Pengalokasian sumber
daya.
Tahapan Pengambilan Keputusan
- Kegiatan intelligen, mengamati lingkungan mencari kondisi-kondisi yang
perlu diperbaiki.
- Kegiatan merancang, menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai
alternatif tindakan yang mungkin.
- Kegiatan memilih, memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari
beberapa yang tersedia.
- Kegiatan menelaah, menilai pilihan-pilihan yang lalu.
Tujuan SPK
- Membantu manajemen
membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
- Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.
- Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manager.
Macam – Macam Metode Sisem Penunjang Keputusan
- Metode Sistem
pakar
- Metode Regresi
linier
- Metode B/C Ratio
- Metode AHP
- Metode IRR
- Metode NPV
- Metode FMADM
- Metode SAW
3. Pengertian Metode AHP
Metode AHP
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut.
Metode AHP ini
membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki
kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai
persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil
yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Proses hierarki
adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok
untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan
darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik
dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan
tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang
yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut
kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang
satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan
menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu
skala luwes yang disebut prioritas.
4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
a. Dekomposisi
Dengan prinsip ini
struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki.
Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling
sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif.
Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang
lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari
hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya
mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa
dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki
perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan
level yang baru.
b. Perbandingan
penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini
akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan
menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan
skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk
matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
c. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas
dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria
bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang
dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas
global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di
level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
- Aksioma Resiprokal >> Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB)
adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B,
dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali
lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)=
1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5
A.
- Aksioma Homogenitas>> Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang
dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar,
hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika
hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen
tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi
tinggi.
- Aksioma Ketergantungan>> Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas
elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya.
Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
5. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
a. Kelebihan
- Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang
dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
Metode “pairwise
comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti
multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari
tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif.
Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana,
membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP
mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi,
pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data
numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
b. Kelemahan
- Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang
ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru.
- Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
6. Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah-langkah AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses
(AHP) adalah sebagai berikut :
- Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk
memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini
dilakukan pengembangan alternatif.
- Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks
dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
- Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses
ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan
sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan.
Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara
seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
- Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang
didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP
adalah
- Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
- Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan
metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
- Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
- Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
- Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya
konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi
dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka
digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
- Metode ini mampu untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat.
- Dengan memakai metode ini, kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika
pengambilan keputusan seperti keterlambatan dalam mengambil keputusan
dapat berkurang.
- Aplikasi dibuat fleksibel sehingga dapat
memungkinkan personal maupun departemen untuk dapat mengubah nilai dari
kriteria-kriteria yang ada.
0 Response to "Materi Sistem Pendukung Keputusan"
Posting Komentar